Pernahkah Anda merasa bahwa pulang lebih cepat daripada pulang? Bahkan, pada kecepatan yang sama, jarak yang ditempuh juga sama.
Menurut Husin Alatas, dosen Program Biofisika dan Kompleksitas Program Magister Biofisika Institut Pertanian Bogor (IPB), fenomena ini dikenal sebagai efek Kappa dalam psikologi dan neuroscience. Efek kappa adalah ketika lama perjalanan dari satu tempat ke tempat lain terasa berbeda bagi sebagian orang ketika akan mudik dengan tepat.
Lanjutnya, secara fisik, jika menempuh jalur yang sama, tidak ada perbedaan jarak antara jalan menuju dan dari jalan pulang. Namun jika kecepatan perjalanan outbound dan inbound berbeda, maka waktu tempuhnya akan berbeda.
“Jika pulang dengan kecepatan lebih besar dibanding pergi, tentu waktu pulang lebih singkat dari pergi, dan sebaliknya,” jelas Guru Besar bidang Fisika Teori ini kepada Kompas.com, Sabtu (29/1/2022).
Mari kita anggap kecepatan saat pergi dan pulang tetap sama, sehingga waktu yang dibutuhkan pun secara fisika sama. Kendati demikian, sebagian orang mungkin akan tetap merasa bahwa waktu pulang lebih cepat. Hal ini lebih disebabkan oleh cara kerja otak dalam memersepsikan waktu, khususnya terkait jangka waktu sebuah aktivitas.
Berdasarkan penjelasannya, Efek Kappa, yang terkait dengan persepsi terhadap jangka waktu aktivitas oleh otak, merupakan hal yang sangat kompleks dan melibatkan banyak bagian di otak.
Tidak hanya itu, dalam kondisi tertentu, persepsi ini mungkin saja ikut melibatkan hormon. Persepsi waktu didasari atas informasi yang diolah oleh otak terkait dengan aktivitas yang dilakukan selama perjalanan.
“Rangsangan dari luar yang diterima berupa apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, serta terkait pula dengan kondisi lingkungan yang menyertainya,” terang Husin. Semua hal tersebut lantas berdampak pada kemampuan otak dalam memersepsikan jangka waktu sebuah aktivitas.
Selain itu, perjalanan pulang yang lebih familiar juga menjadi salah satu faktor. Kembali ke persepsi waktu yang terasa lebih singkat saat pulang, patut diduga bahwa sedikitnya informasi mengenai tempat yang dituju saat pergi dan diketahuinya informasi tentang tempat tersebut saat pulang, menjadi salah satu hal yang memengaruhi cara otak dalam memersepsikan waktu tempuh.
Hal lain yang juga mungkin berperan adalah jenis aktivitas yang dilakukan selama perjalanan karena aspek ini terkait erat dengan rangsangan yang diterima. Bila seseorang disibukkan dengan banyak hal selama perjalanan, persepsi waktu perjalanan yang singkat akan cenderung dirasakan.
Hal ini jika dibandingkan dengan mereka yang minim aktivitas selama perjalanan berlangsung. “Sebagai kesimpulan, perbedaan waktu, berupa Efek Kappa, yang dirasakan antara pergi dan pulang merupakan fenomena yang terkait dengan cara otak memersepsikan waktu, dan tidak ada hubungannya dengan sifat waktu secara fisika,” pungkas Husin.